Sabtu, 17 November 2012

Bayi Berwajah Kodok!!

Beberapa waktu yang lalu, warga kampung saya menjadi heboh karena ada seorang warga melahirkan bayi “berwajah kodok” dan berbadan mirip kodok. Sayang, si bayi meninggal setelah tiga jam dilahirkan. Kelahiran bayi ini menjadi bahan pembicaraan warga kampung karena dihubungkan dengan profesi bapaknya sebagai pencari kodok. Menurut kabar dari tetangga dekat, bapak si bayi sudah diperingatkan supaya “nyebut” (menyebut nama Allah) setiap kali akan berangkat mencari kodok. Tapi setiap diingatkan, bapak si bayi marah-marah. Segeralah warga menghubung-hubungkan perilaku bapak dengan kondisi si bayi yang cacat. 

Kehebohan berikutnya terjadi lagi karena ada tetangga lain yang melahirkan seorang bayi perempuan dengan anggota tubuh yang tidak normal. Kaki kanannya tidak tumbuh, jadi hanya tumbuh sedikit dibawah perutnya. Bisa ditebak, hebohlah seluruh kampung membicarakannya. Iba dan simpati tertuju pada si jabang bayi yang terlahir sehat tetapi dengan anggota badan yang tidak lengkap. Kejadian ini pun dihubung-hubungkan dengan “kenakalan” bapaknya beberapa bulan sebelumnya. Ketika kandungan istrinya berusia empat bulan, Bapak si bayi berkelahi dengan tetangga belakang rumah dan berteriak-teriak: “Kupatahkan kakimu nanti, sampai buntung!!” Nah, sebagian warga meyakini bahwa cacatnya si jabang bayi diakibatkan oleh perbuatan orang tuanya. 

Believe it or not… Terserah kita saja. Di jaman yang serba rasional dan modern, sebagian kita pasti sudah memiliki penjelasan ilmiah mengapa ada bayi yang tidak beruntung karena membawa beberapa kekurangan atau cacat. Tapi sebagian masyarakat masih menghubungkan dengan beberapa mitos seputar kehamilan. Yah, namanya juga masih tinggal di kampung. Banyak mitos atau tradisi yang kami miliki, termasuk mitos seputar kehamilan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan jika seorang warga sedang hamil, antara lain:

1. Ibu hamil tidak boleh membenci orang secara berlebihan karena dikhawatirkan bayinya nanti mirip    dengan orang yang kita benci. Celakanya, yang mirip bukan rupa yang bagus atau sifat yang bagus, tetapi justru rupa dan sifat yang jelek (makanya waktu saya hamil, saya berusaha membenci Brad Pitt. Sudah diniatin ceritanya… Mudah-mudahan kalau anak saya lahir, mukanya bisa mirip-mirip dikit lah sama dia. Eit, ternyata tetep aja mirip sama Bapaknya! Hehehe…)

2. Tidak boleh makan-makanan tertentu, misalnya: tidak boleh makan udang karena dikhawatirkan bayinya melengkung seperti udang; tidak boleh makan daun so (daun pohon melinjo), karena nanti kalau melahirkan akan “ngaso” (prosesnya jadi lama), tidak boleh makan pisang atau buah dempet, karena dikhawatirkan anaknya akan dempet (mungkin seperti kembar siam ya?)

3. Tidak boleh makan “jantung pisang” karena dikhawatirkan anaknya akan hitam dan kecil seperti jantung pisang.

4. Tidak boleh menyembelih atau membunuh binatang secara semena-mena karena dikhawatirkan akan menyebabkan anaknya cacat atau tidak normal. 

5. Tidak boleh takziyah, yaitu mengunjungi kerabat atau saudara yang meninggal karena dikhawatirkan berakibat jelek pada janin, misalnya menjadi lemas atau cacat.

6. Tidak boleh pindah rumah jika sedang hamil karena dikhawatirkan akan mengganggu perkembangan janin. 

7. Tidak boleh tidur siang karena dapat membuat air ketuban menjadi keruh dan berakibat tidak baik bagi perkembangan janin.

8. Orang hamil dianjurkan selalu mengatakan “amit-amit jabang bayi..” jika melihat hal-hal yang tidak baik karena dikhawatirkan kalau tidak mengucapkan maka anaknya akan melakukan hal-hal buruk yang dilihat ibunya (Kalau sekarang, kata-kata amit-amit jabang bayi, sudah diganti menjadi “na’udzu billah min dzalik” yang artinya aku berlindung kepada Allah dari hal-hal (jelek) tersebut. Jadi, sudah diberi muatan nilai agama Islam)

9. Membawa “sambetan” (semacam tolak bala) yang terdiri dari beberapa daun dan akar tanaman yang terdiri dari daun dan akar dringo dan bengle, membawa pisau kecil atau gunting agar terhindar dari marabahaya. Biasanya “sambetan” diselipkan dibalik baju atau digantungkan di sekitar dada. 

Sebagian larangan dan anjuran tersebut masih diyakini kebenarannya, tetapi sebagian yang lain sudah dianggap sebagai mitos yang menyesatkan. Menurut saya, larangan dan anjuran tersebut pada prinsipnya agar ibu hamil dan suaminya menjaga diri, baik secara lahir maupun batin agar memiliki efek positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayinya. Percaya atau tidak percaya, dilakukan atau ditinggalkan, bergantung pada keyakinan kita masing-masing. Yang jelas, setiap masyarakat memiliki local wisdom tersendiri dalam memaknai setiap peristiwa dalam kehidupannya, termasuk kehamilan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar