Berkeluh kesah. Pantang rasanya. Tetapi sebagai manusi a biasa, saya
pikir..... wajar lah kalo dalam satu kesempatan kita melakukannya. Asal
tidak keseringan aja....
Tiba saatnya konsultasi kepenasehatan
akademik mahasiswa. Mengurut dada. Apa saya yang salah selama ini
atau... memang kondisinya mahasiswanya seperti. Bagaimana tidak IP
nasakom (nasip satu koma) lagi. Dalam beberapa kasus ini tetap ada,
tetapi syukurlah motivasi yang saya berikan di tahun sebelumnya bisa
memberikan hasil, walaupun tidak ke seluruh mahasiswa, tetapi paling
tidak adalah sebagaian.
Saya tidak yakin bahwa ada manusia yang bodoh. Apalagi secara
administratif sudah lulus diterima di universitas, tetapi yang ada
mungkin adalah kurang menggali potensi dan kondisi lingkungan yang
kurang kondusif. Saya juga sependapat dengan seorang tokoh yang
mengatakan bahwa jika kita cukup kuat untuk merubah lingkungan, silahkan
bergaul di level mana saja dan siapa saja. Tetapi bila kita tidak cukup
kuat untuk mempengaruhi lingkungan, silahkan pilih pilih teman atau
lingkungan yang paling kondusif sesuai dengan keinginan masing-masing.
Tentunya dengan visi masing-masing.
Proses belajar adalah suatu proses yang indah yang menjadi sifat dasar
manusia. Mulai dari bayi hingga tua seluruh aktivitas diisi dengan
proses ini. Awalnya tidak bisa menjadi bisa. Awalnya tidak kenal menjadi
kenal begitu seterusnya. Begitulah proses alamiah.
Saya juga
sadar bahwa setiap orang itu adalah individu yang unik. Walau
kecenderungan itu ada, tetapi keunikan ini yang membedakan antara satu
dengan lainnya. Bahkan untuk kasus kembar identik sekalipun, perbedaan
tetap ada. Begitu juga dengan memperlakukan individu. Ini bentuknya bisa
konsumen secara umum, teman, dan bentuk lainnya.
Sentuhan pemicu motivasi antara satu dengan lainnya itu berbeda. Perlu
menggali lebih dalam untuk memahami karakteristik masing-masing, dan
menggunakan informasi itu untuk bertindak memberikan masukan dan
pandangan-pandangan. Walaupun informasinya sama, tetapi bila dipaparkan
dan disampaikan dengan cara yang berbeda, pemahaman yang menerima juga
berbeda. Jadi kembali lagi bahwa keunikan itu ada, ada setiap manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar