Saat ini bukan hanya
pria saja yang mendominasi dunia kerja, melainkan jumlah wanita bekerja dengan
karir yang tinggi juga makin banyak. Para wanita karir sebaiknya jangan terlalu
sering membiarkan dirinya mengalami stres akibat pekerjaan, sebab dapat
berakibat serius bagi kesehatan jantung.
Wanita yang mengalami stres tinggi akibat pekerjaan memiliki kemungkinan 67 persen lebih tinggi mengalami serangan jantung dan 38 persen lebih mungkin mengalami tekanan darah tinggi atau stroke dibandingkan wanita yang tidak terlalu stres.
Kesimpulan ini diperoleh lewat penelitian yang dimuat jurnal PLoS ONE. Menggunakan data penelitian terhadap lebih dari 22.000 orang wanita yang berprofesi di bidang kesehatan, peneliti melacak kondisi kesehatan peserta selama 10 tahun.
Wanita yang mengalami stres tinggi akibat pekerjaan memiliki kemungkinan 67 persen lebih tinggi mengalami serangan jantung dan 38 persen lebih mungkin mengalami tekanan darah tinggi atau stroke dibandingkan wanita yang tidak terlalu stres.
Kesimpulan ini diperoleh lewat penelitian yang dimuat jurnal PLoS ONE. Menggunakan data penelitian terhadap lebih dari 22.000 orang wanita yang berprofesi di bidang kesehatan, peneliti melacak kondisi kesehatan peserta selama 10 tahun.
"Stres yang kita bicarakan
di sini adalah stres yang melebihi kapasitas tubuh dan tidak dapat dikelola
dengan tepat," kata peneliti, Dr Michelle Albert dari Brigham and Women's
Hospital di Boston seperti dilansir Myhealthnewsdaily.com,
Kamis (19/7/2012).
Penelitian ini menegaskan apa yang telah ditemukan penelitian sebelumnya, yaitu stres di tempat kerja memiliki pengaruh besar bagi kesehatan. Namun dengan memiliki kontrol atas pekerjaan, maka stres yang diakibatkan oleh pekerjaan tersebut dapat ditekan dampaknya.
"Temuan kami menunjukkan bahwa wanita yang bisa mengontrol pekerjaannya masih mengalami stres yang tinggi sehingga meningkatkan risiko terhadap kesehatan jantungnya. Temuan ini bertentangan dengan temuan sebelumnya yang menunjukkan bahwa memiliki kontrol terhadap pekerjaan membantu mengurangi stres," kata Albert.
Penelitian ini menegaskan apa yang telah ditemukan penelitian sebelumnya, yaitu stres di tempat kerja memiliki pengaruh besar bagi kesehatan. Namun dengan memiliki kontrol atas pekerjaan, maka stres yang diakibatkan oleh pekerjaan tersebut dapat ditekan dampaknya.
"Temuan kami menunjukkan bahwa wanita yang bisa mengontrol pekerjaannya masih mengalami stres yang tinggi sehingga meningkatkan risiko terhadap kesehatan jantungnya. Temuan ini bertentangan dengan temuan sebelumnya yang menunjukkan bahwa memiliki kontrol terhadap pekerjaan membantu mengurangi stres," kata Albert.
Kontrol yang besar terhadap
pekerjaan menggambarkan pencapaian kewenangan di tempat kerja, misalnya
menempati posisi manajemen atau eksekutif. Meningkatnya risiko kesehatan ini
mungkin disebabkan karena meningkatnya beban stres akibat pekerjaan, mengingat
hanya segelintir wanita saja yang menempati posisi tersebut sehingga bingung
dengan tugas-tugasnya.
Temuan yang mengejutkan adalah ternyata kepuasan kerja berdampak kecil terhadap risiko serangan jantung atau penyakit kardiovaskular. Temuan ini bertentangan dengan beberapa penelitian sebelumnya.
"Nampaknya ketidakpuasan di tempat kerja telah menjadi hal yang lumrah. Banyak orang berharap tidak bekerja di perusahaan yang sama sepanjang karirnya," kata Rudy Fenwick, profesor sosiologi di University of Akron di Ohio yang tidak terlibat dalam penelitian.
Karena banyaknya sampel yang diteliti, Fenwick menganggap penelitian baru ini cukup komprehensif dan dilakukan dengan baik. Meskipun kebanyakan peserta penelitian berkulit putih, hasilnya mungkin berlaku untuk kelompok lain juga.
Temuan yang mengejutkan adalah ternyata kepuasan kerja berdampak kecil terhadap risiko serangan jantung atau penyakit kardiovaskular. Temuan ini bertentangan dengan beberapa penelitian sebelumnya.
"Nampaknya ketidakpuasan di tempat kerja telah menjadi hal yang lumrah. Banyak orang berharap tidak bekerja di perusahaan yang sama sepanjang karirnya," kata Rudy Fenwick, profesor sosiologi di University of Akron di Ohio yang tidak terlibat dalam penelitian.
Karena banyaknya sampel yang diteliti, Fenwick menganggap penelitian baru ini cukup komprehensif dan dilakukan dengan baik. Meskipun kebanyakan peserta penelitian berkulit putih, hasilnya mungkin berlaku untuk kelompok lain juga.